Aku duduk di tempat favoritku, meja dimana hanya ada dua kursi dan disamping jendela. Membuat aku terasa nyaman ketika duduk ditempat itu. Apalagi kalau sedang hujan, aku senang melihat hujan yang turun dari balik jendela sambil menikmati secangkir coffee hangat.
Sore itu ketika aku masuk ke coffee shop dan memesan secangkir cappucino latte semua terlihat biasa saja, sampai akhirnya 10menit kemudian datanglah seorang pria berbadan tidak terlalu besar namun cukup berisi, dengan kumis tipis menggunakan t-shirt polos berwarna hitam dibalut jaket sport cassual berwarna merah. Dia duduk tidak jauh dari meja ku. Terlihat biasa saja memang bagi sebagian orang, tapi tidak bagiku.
Entah mengapa sejak dia masuk tadi mataku tidak bisa berhenti memandanginya. Senyumnya yang manis, wajahnya yang ramah, sepertinya dia baik.
Aku tidak mau terlalu larut dalam pandanganku, ku lanjutkan membaca novel ku yang aku bawa dari kantor tadi sambil sesekali aku memandang si pria itu. Dia terlihat sendiri saja tidak bersama teman temannya atau teman wanitanya. Aku pun penasaran, siapa sebenarnya pria itu.
Tidak terasa sudah hampir 2 jam aku duduk menikmati secangkir cappucino latte dan membaca novel sambil sesekali memandang si pria itu. Dia pun sibuk dengan laptop nya. Aku pun memutuskan untuk pulang kembali kerumah. Karena besok aku harus kembali ke kantor masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Saat aku beranjak pulang, si pria itu masih asik dengan dunianya. Dia seolah tidak peduli bahwa sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya. Yaitu aku.
Keesokannya dikantor, disela sela waktu aku bekerja tiba tiba aku teringat wajah si pria yang di coffee shop kemarin sore. Entahlah, senyumnya dan wajahnya yang ramah itu membuat aku tidak bisa berhenti untuk mengingatnya. Akupun berniat lusa ingin datang ke coffee shop lagi karena kebetulan lusa adalah weekend jadi aku bisa lebih lama disana. Sebenarnya aku juga mengharapkan bertemu dengan pria itu lagi.
.....
Weekend pun tiba, sore itu aku bergegas ke coffee shop di jam yang sama pada terakhir kalinya aku datang kesitu. Seperti biasa.. Aku memilih duduk di tempat favorit ku dan memesan secangkir coffee. Sudah hampir 15menit aku duduk disana. Benar saja feeling ku, pria itu datang lagi dan duduk di tempat yang sama. Ah senangnya ternyata aku bertemu lagi dengannya..
Sebenarnya sempat terlintas difikiranku, mengapa aku tidak menghampirinya dan berkenalan dengannya.. Aaahhh tapi tidak laaah.. Aku tidak cukup berani untuk melakukan hal itu, aku hanya mengaguminya saja. Itu sudah cukup.
Makin lama makin penasaran juga dengannya..
Sampai pada akhirnya aku iseng bertanya pada salah satu pelayan di coffee shop itu.
"Mba maaf.. Aku mau nanya deh"
"Iya mba, mau tanya apa"
"Mba tau siapa pria yang duduk dikursi itu?" *sambil menunjuk ke arah si pria*
"Oooh itu... Iya mba, dia emang sering dateng kesini. Yaa gitu kerjaannya duduk sendirian sambil sibuk sama laptopnya. Kalo udah selesai ya dia pulang"
"Ooh.. Dia emang engga pernah bawa temennya kesini mba?"
"Engga mba, setau aku sih dia sendiri terus"
"Oh gitu yah, yaudah makasi ya mba"
"Iya sama sama mba.."
Mendengar jawaban tadi aku jadi semakin penasaran dengan si pria itu. Tiba tiba aku ingin ke toilet. Bergegas aku ke toilet dan jalan ke arah toilet tepat sekali melewati meja si pria itu. Sambil iseng aku mengintip si pria itu sambil lalu berjalan. Sekilas aku melihat diatas meja ada amplop coklat bertuliskan nama "Faza Anumarta". Aku pun tetap melanjutkan niatku tadi ke toilet. Selesai itu aku langsung bergegas pulang.
Sesampainya dirumah, aku teringat nama diamplop coklat tadi.
"Apakah itu nama nya?"
Aku langsung buka laptopku dan men-Search "Faza Anumarta" di wikipedia. Harapku sih semoga aku bisa mendapat informasi tentangnya. Setelah aku mengklik search lalu muncul beberapa hasil pencarian dari nama itu. Satu persatu aku lihat dan ada yang membuat aku tertarik untuk membukanya, yaitu "Biografi Faza Anumarta". Langsung saja aku membuka artikel biografi itu, dan tidak luput disitu juga ada pict dan setelah aku lihat benar saja.. Itu si Pria yang coffee shop!
Setelah aku membacanya.. Ternyata dia adalah seorang penulis. Yang tidak begitu terlalu terkenal namun karya tulisannya cukup bagus. Dari situ aku semakin tertarik untuk mencari tau tentangnya lewat berbagai situs internet. Walaupun aku tidak pernah berani untuk berkenalan dengannya.
Dia adalah Faza Anumarta, seorang Penulis yang karya karya cukup banyak. Namun dia tidak mau jadi terkenal. Entah karena alasan apa. Dia berumur 26tahun, kelahiran Sydney Australia. Dia cukup lama di Sidney untuk menyelasaikan pendidikannya. Setelah selesai dia kembali ke Indonesia tinggal bersama orang tua nya. Dan dia menjadi penulis sebenarnya sejak duduk di bangku SMA namun dia memutuskan untuk memperkenalkan karyanya setelah dia benar benar menetap di Indonesia.
Cukup banyak bukan informasi yang aku tau?? Ooh terima kasih Wiki..
Seminggu telah berlalu semenjak hari itu..
Akupun merasa rindu pada si pria itu. Oh iya, Faza namanya. Sebelum aku pergi ke coffee shop lagi, aku mampir ke toko buku untuk membeli paling tidak satu buku hasil karya nya. Aku ingin membacanya. Sesampainya di Toko buku aku mencari diantara tumpukan beberapa novel yang ada disana. Aku menemukan hasil karya nya yang berjudul "Pohon Besar Yang Tidak Berdaun" dari judulnya saja aku sudah tertarik. Tanpa pikir panjang aku langsung menuju kasir dan membayar buku itu.
Aku datang ke coffee shop siang itu, disambut senyum ramah para pelayannya yang memang sudah kenal dengan ku karena aku sering kesana. Tidak lupa memesan secangkir coffee dan duduk di tempat favorit. Itu adalah part dimana aku sangat suka melakukan hal itu.
Aku mulai membaca novel itu. Lembar demi lembar aku baca. Sampai hampir sudah setengah buku aku membacanya. Tiba tiba sosok pria itu muncul. Kali ini aku harus berkenalan dengannya, setelah aku selesai membaca bukunya. Cepat cepat aku selesaikan membaca buku itu. Sampai halaman terakhir tanpa sadar aku meneteskan air mata. Aku larut dalam tulisan itu. Aku rasa si penulis punya pesan yang ingin disampaikan dengan buku itu.
Seselesainya membaca buku itu, aku nekat memberanikan diri untuk menghampiri si pria itu. Dengan wajah setengah ragu, aku terus menghampirinya..
"Hai.. Faza ya? Boleh aku duduk disini sebentar? Oh iya kenalin Aku Nara"
"Eh.. Iya boleh" dengan wajah kaget dia mempersilahkan ku duduk di depannya
Kenapa aku jadi deg degan begini?? Kenapa aku jadi seperti habis dikejar kuda keliling lapangan bola 10kali begini???
"Ada apa ya? Kok kenal sama aku? Apa kita pernah ketemu sebelumnya?"
"Oh engga engga.. Jadi gini, aku tau kamu setelah aku baca buku kamu yang judulnya 'Pohon Besar Yang Tidak Bedaun'. Aku suka banget sama buku itu.."
"Oh ya? Terima kasih karena sudah membacanya" *senyum manisnya pun tak luput menghiasi wajahnya*
Oh tidaaakkk senyumnya itu semakin membuat aku tidak karuan.. Tuhan Tolong akuuu.. Kenapa aku ini???
"Aku gak nyangka bisa ketemu sama penulisnya.. Hihihi"
"Ah bisa aja kamu.. Eh tapi kenapa kamu bisa tau kalau aku Faza? Aku kan tidak pernah terkenal, bahkan orang orang tidak tau aku"
"Emmm... Aku... Aku tau kamu dari wikipedia. Iya bener wikipedia hehehe"
"Hahaha kamu bisa aja nyarinya.. Tapi emang ada yah? Aku aja gak pernah tau loooh"
"Iya ada hehehe" *tersenyum malu, kenapa aku terlihat begitu gugup didekatnya*
"..lalu ada apa kamu kesini?"
"Oh engga, tadi aku mampir kesini sebentar. Biasa ngopi ngopi cantik ngilangin stres dikantor. Engga sengaja aku liat kamu"
Sebenarnya itu bohoooong.. Aku emang sengaja kesini buat ketemu kamu dan mengenal kamu..
"Okeeyy.. Terus apalagi?"
"Hmm engga apa apa lagi sih.. Cuma lagi butuh temen ngobrol aja. Aduh maaf aku ganggu kamu yah?"
"Engga siiihh... Aku lagi nerusin tulisan aja. Tapi kalo kamu butuh temen ngobrol ya gak apa apa aku temenin aja"
alamaaaakkk baik sekali pria iniiii....
"Eh iya, sehabis aku baca buku itu aku ngerasa kayak ada pesan yang ingin disampaikan sama penulis. Tapi aku belum paham pesan itu apa. Kalo boleh tau, apa yah?"
"Ah bukan apa apa.. Itu aku cuma pengen berbagi kisah lewat tulisan aja. Yang intinya tentang seseorang yang kesepian"
"Emang kamu kesepian??? Hehehe"
"Engga.. Itu kan cuma cerita aja"
"Syukurlah.. Aku fikir itu kamu beneran. Masa iya penulis sekeren kamu gini kesepian"
"Hehehe yaa begitulah. Mungkin itu juga jadi tulisan terakhir aku"
"Hah? Terakhir? Emang kamu gak mau nulis lagi? Emang kamu mau kemana?"
"Ah engga engga.. Engga apa apa kok..."
"Oh iya tapi kenapa kamu gak mau 'terkenal' seperti penulis penulis yang lain?"
"Gak apa apa sih, aku cuma mau berkarya aja dan orang orang bisa menikmati karyaku. Aku gak mau terkenal karena aku memang gak mau orang banyak yang mengenaliku. Aku mau jadi yang biasa biasa saja namun punya karya"
"Jadi, misterius gitu yaahh??? Hehehe"
"Gak juga siiih hehehe"
Tidak terasa sudah satu jam kami ngobrol di coffee shop dan akhirnya kami memutuskan untuk pulang tapi tidak lupa kami bertukar pin Blackberry Messager
Sejak pertemuan itu aku jadi sering janjian dengan Faza di Coffee shop tempat biasa. Entah itu hanya untuk mengobrol biasa atau saling bertukar pikiran tentang kehidupan.
Cukup dekat. Yaaa aku merasa nyaman berada di dekat Faza.. Apakah aku jatuh cinta???
Sampai pada suatu hari Faza menghilang, berkali kali aku mengirim pesan untuknya tapi tidak dibalas. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak. Aku menelfonnya dan tiba tiba suara wanita yang mengangkat telfonku.
"Hallo.. Faza??"
"Maaf, ini bukan Faza. Ini mamanya Faza? Ada yang bisa saya bantu? Atau mau titip pesan untuk Faza...?"
"Oh tante.. Aku Nara. Maaf tante, Faza nya kemana ya? Beberapa hari ini pesan ku tidak pernah dibalasnya"
"Nara.. Faza sedang dirumah sakit. Sudah seminggu dia koma dirumah sakit. Penyakitnya kambuh dan dia langsung dilarikan kerumah sakit"
"Hah?? Koma tante?? Kok Faza gak kasih kabar ke aku? Sekarang ada dirumah sakit mana tante? Aku mau ketemu Faza"
"Iya Naraaa... Faza di rumah sakit Gonza di ruang ICU. Kalau kamu ingin bertemu Faza kesini saja. Tante juga ada disini nemenin Faza terus"
"Iya tante..."
Tut tut tut....
Segera aku ambil kunci mobil dan buru buru kerumah sakit untuk menemui Faza. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, pikiranku terus bertanya tanya "kenapa Faza gak pernah bilang kalo dia sakit?" "Kenapa Faza gak terlihat seperti orang yang sakit?" "Kenapa aku baru tau sekarang???"
Sesampainya dirumah sakit aku langsung menuju ruang ICU.. Benar saja, ternyata Faza berada disitu. Terbaring dengan penuh alat medis ditubuhnya.. Aku langsung menitihkan air mata dan memeluk mamanya.
"Faza... Bangun Faza.. Banguuunnn"
"Sudah nara, biarkan faza istirahat dulu. Hanya keajaiban Tuhan yang bisa membangunkannya sekarang"
"Tapi dia sakit apa tante? Kenapa aku tidak pernah tau dan kenapa Faza tidak pernah cerita kalau dia sakit?"
"Dia sakit Kanker Otak nara, sudah lama. Faza itu memang seperti itu. Dia tidak mau merepotkan orang. Dia tidak mau orang tau tentang penyakitnya. Sesakit apapun dia, pasti akan dia simpan sendiri. Faza itu tidak mau membuat orang orang di dekatnya sedih"
"Tapi aku sayang sama Faza tante.. Aku gak mau ngeliat faza sakit seperti ini..." *air mataku mulai tidak bisa dibendung lagi*
"Sudah Nara.. Sekarang kita hanya bisa berdoa saja mengharapkan kesembuhan untuk Faza. Sebaiknya kamu pulang lalu istirahat. Biar tante yang jaga Faza disini"
"Enggak tante.. Aku mau disini nemenin faza. Aku mau disini sampai faza sadar"
"Yasudah kalau itu mau kamu"
Satu malam.. Dua malam... Tiga malam... Aku terus menemani faza tapi keadaannya tidak juga membaik. Aku semakin cemas. Sampai pada akhirnya kondisi faza semakin kritis. Aku langsung memanggil dokter. Disaat dokter memeriksanya aku diluar ruang ICU bersama mama nya dan terus berdoa untuk faza.
Sudah 20menit dokter memeriksa faza dan keluar dari ruang ICU dengan raut muka yang tidak enak.
"Maaf bu... Sebaiknya kita mengikhlaskan faza saja. Dia sudah tiada. Penyakitnya terlalu cepat merusak syarafnya. Sehingga dia tidak bisa bertahan terlalu lama"
"Tidak! Dokter bilang itu hanya bercanda! Tolong dokter bilang itu hanya bercanda!!!"
"Ikhlas lah nara..." *mamanya memeluk ku sambil menangis*
"Fazaaaa....bangun fazaa!!! Banguuuuunnn!!!! Kamu gak boleh pergi fazaaa... Aku sayang kamu!"
"Sudahlah naraaaa..."
Sampai pada
saat pemakaman faza, aku masih tidak percaya jika faza sudah tidak ada. Aku merasakan
amat sangat kehilangan orang yang aku sayang itu meski baru mengenalnya
beberapa bulan ini. Aku merasa faza itu beda, dia selalu memberi warna untuk
hidupku.
Hari itu.. aku datang ke coffee shop sendiri. Masih dengan
kenangan bersama faza walau dia kini sudah tidak ada. Senyum nya.. wajahnya..
aroma tubuhnya.. masih amat sangat jelas melekat dalam pikiranku. Namun aku
sekarang sudah tidak bisa menemui faza seperti dulu lagi.
Sekarang aku baru mengerti kenapa faza menulis buku yangberjudul "Pohon Besar Yang Tidak Berdaun", Sebenarnya pohon besar itu adalah Faza. Dan itu benar adalah tulisan terakhir faza. Andai aku tau alasan itu sejak awal...
Selamat tinggal Faza.. aku sangat merindukanmu dan berharap
kamu datang disetiap mimpi disaat ku tidur.