Ketika Cinta itu datang dengan atas nama ketulusan...
Sulit di jaman sekarang mencari sebuah cinta yang benar benar tulus, cinta yang datang awalnya memang terasa manis sama seperti permen. Tapi jika kita terus mengkonsumsinya dalam jangka waktu yang lama tanpa melihat atau memikirkan kandungan gula yang terkandung didalamnya itu akan membuat gigi kita sakit, bahkan sampai berlubang dan harus dicabut. Seperti itulah cinta, cinta yang awalnya manis lama kelamaan bisa menjadi bencana jika kita tidak benar benar menjaganya.
Banyak yang bilang, cinta itu buta. Sebenarnya itu kita yang membutakan cinta atau kita yang dibutakan oleh cinta?
Apakah ketika kita jatuh cinta pada orang yang salah kita harus menyalahkan cinta?
I don't think so!. Cinta itu engga pernah salah lagi, harusnya kita bersyukur masih dikasih rasa untuk mencintai. Mencoba untuk menikmati cinta dan menjaganya dengan baik.
Walaupun tidak bisa dipungkiri, kadang disaat kita mencintai seseorang kita tidak sengaja menyakitinya tanpa ada niat sekalipun untuk menyakitinya. "Kepercayaaan"? Yap!! sikap saling percaya itu diperlukan sekali dalam menjalin suatu hubungan. "Pengertian"? nah itu juga penting!
Butuh suatu keberanian seperti seorang pemimpin perang untuk memberikan sebuah cinta yang tulus, karena cinta yang tulus itu tidak bisa diberikan pada sembarang orang.
Cinta yang tulus itu cinta yang bukan karena materi, bukan karena satu dan lain alasan. Tapi cinta yang tulus itu ya karena benar benar cinta.
Banyak yang awalnya menjalani suatu hubungan seperti ini: "Gue setengah hati deh ngejalanin hubungan sama dia" tapi nyatanya itu sudah masuk bulan pertama.. kedua.. ketiga.. bahkan sampai bertahun tahun. Apakah itu dijalani dengan setengah hati? tapi kenapa bisa sampai selama itu? Ayolah, jangan terus terusan membohongi perasaan satu sama lain.
Apakah enak menjalani suatu hubungan dengan sebuah kebohongan?
Thursday, November 14, 2013
Sebuah Kesalahan, Penyesalan, dan Kesempatan
Apasih arti kesempatan buat kalian?
Saat kita melakukan sebuah kesalahan pasti ada penyesalan setelah itu, setelah menyesal lalu kita ingin memperbaiki semua kesalahan itu tujuannya agar semua kembali dalam keadaan baik baik saja dan itu berjalan lancar ketika kesempatan untuk memperbaiki sebuah kesalahan itu ada. Tapi bagaimana dengan kesempatan yang tidak ada??
Disaat benar benar mengharapkan sebuah kesempatan itu hadir lagi agar bisa memperbaiki semuanya tapi kesempatan itu sudah habis dan tidak ada.
Mungkin hanya penyesalan yang tertinggal, entah sampai kapan penyesalan itu akan bersarang di diri kita. Entah harus bagaimana lagi meminta kesempatan itu lagi. Entah harus seperti apa untuk meyakinkan dan menyampaikan apa yang sebenar benarnya terjadi.
Berada diposisi serba salah adalah hal yang paling menyakitkan, hal yang paling membuat kita berfikir "apakah gue harus benar benar merasakan hal seperti ini?"
Sulit mengikis batu yang benar benar keras dengan setetes air. Meyakinkan orang yang benar benar sudah kecewa itu adalah hal yang paling sulit. Walaupun meyakinkannya dengan pernyataan yang sebenar benarnya terjadi.
Apakah ketika kita merasakan suatu hal kita harus menahannya dan diam saja seolah tidak ada apa apa?
Apakah ketika kita merasa bersalah kita tidak boleh menyesal dan memperbaiki semua nya?
Apakah sikap saling terbuka itu tidak diperlukan bagi beberapa orang?
Apakah setiap orang yang ingin berubah menjadi lebih baik harus melakukan sebuah kesalahan?
Apakah pertanyaan pertanyaan tadi harus kita tanyakan pada diri kita sendiri lalu kita menjawabnya?
Tidak ada dalam diri siapapun untuk sengaja berbuat kesalahan atau bahkan berniat membuat suatu kesalahan. Apalagi kesalahan itu melibatkan orang lain.
Diperlukan hati seperti seorang kesatria yang benar benar bisa memaafkan sebuah kesalahan.
Terimakasih karena sudah memaafkan....
Saat kita melakukan sebuah kesalahan pasti ada penyesalan setelah itu, setelah menyesal lalu kita ingin memperbaiki semua kesalahan itu tujuannya agar semua kembali dalam keadaan baik baik saja dan itu berjalan lancar ketika kesempatan untuk memperbaiki sebuah kesalahan itu ada. Tapi bagaimana dengan kesempatan yang tidak ada??
Disaat benar benar mengharapkan sebuah kesempatan itu hadir lagi agar bisa memperbaiki semuanya tapi kesempatan itu sudah habis dan tidak ada.
Mungkin hanya penyesalan yang tertinggal, entah sampai kapan penyesalan itu akan bersarang di diri kita. Entah harus bagaimana lagi meminta kesempatan itu lagi. Entah harus seperti apa untuk meyakinkan dan menyampaikan apa yang sebenar benarnya terjadi.
Berada diposisi serba salah adalah hal yang paling menyakitkan, hal yang paling membuat kita berfikir "apakah gue harus benar benar merasakan hal seperti ini?"
Sulit mengikis batu yang benar benar keras dengan setetes air. Meyakinkan orang yang benar benar sudah kecewa itu adalah hal yang paling sulit. Walaupun meyakinkannya dengan pernyataan yang sebenar benarnya terjadi.
Apakah ketika kita merasakan suatu hal kita harus menahannya dan diam saja seolah tidak ada apa apa?
Apakah ketika kita merasa bersalah kita tidak boleh menyesal dan memperbaiki semua nya?
Apakah sikap saling terbuka itu tidak diperlukan bagi beberapa orang?
Apakah setiap orang yang ingin berubah menjadi lebih baik harus melakukan sebuah kesalahan?
Apakah pertanyaan pertanyaan tadi harus kita tanyakan pada diri kita sendiri lalu kita menjawabnya?
Tidak ada dalam diri siapapun untuk sengaja berbuat kesalahan atau bahkan berniat membuat suatu kesalahan. Apalagi kesalahan itu melibatkan orang lain.
Diperlukan hati seperti seorang kesatria yang benar benar bisa memaafkan sebuah kesalahan.
Terimakasih karena sudah memaafkan....
Subscribe to:
Posts (Atom)