Tuesday, November 3, 2015

Masih..


Masih tentang kamu dan kamu selalu jadi pemeran utamanya...


Kita pernah belajar bagaimana caranya untuk kembali setelah pergi meninggalkan. Kita pernah berada diposisi, dimana kita harus saling sangat mengerti satu sama lain. Dan pada akhirnya, kita tau bahwa untuk mempertahankan bukan saja salah satu yang harus lebih mengerti, namun keduanya.

Pernah ku katakan sebelumnya, kita berjalan ber-iringan, bukan sendiri-sendiri.
Aku mengerti, bagaimana jika kita hanya saling memberi makan ego masing-masing secara berlebihan. Kita tidak akan pernah bisa ber-iringan. Kita hanya akan saling berjalan sendiri-sendiri dan membelakangi.

Banyak yang belum aku pahami darimu, mungkin kau mengerti banyak tentang bagaimana aku dan sifat menjengkelkanku yang kerap membuatmu sangat jengkel. Aku hanya perlu belajar lebih banyak lagi tentang bagaimana wanita harus selalu mendampingi pria-nya dalam keadaan apapun dan harus lebih mengerti dari ini.

Maaf, jika kita harus saling berdebat tentang ego siapa yang harus lebih dimengerti. Selalu saja tentang itu dan itu. Selalu menjadi pengulangan tiap kali kita berselisih paham. Diluar hal itu, ada pengharapan yang lebih besar, aku selalu ingin berada disampingmu saat aku merasa benar-benar jatuh. Karena sekecil apapun pengertianmu itu sangat berharga untukku.

Kerap kali aku selalu melihat bagaimana mereka bisa mengatasi masalah dengan begitu hangatnya. Namun, ini bukan tentang mereka. Ini tentang kita dan hanya kita. Hanya kita yang mengerti bagaimana harusnya kita menghadapi semuanya. Ekspektasi ku terlalu besar. Seseorang pernah berkata "Seberapa besar harapanmu, maka akan sebesar itu pula rasa kecewa mu kelak". Lalu apa aku juga harus mematikan segala pengharapanku?


Sunday, September 20, 2015

untitled

Disaat kamu memilih diam dan menahan segala ego serta amarahmu, saat dirimu mulai merasa jika dirimu sudah tak dihargai atau bahkan seberapa pentingnya kah dirimu.
Dan saat yang bersamaan pula kamu berfikir harus tetap bertahankah atau menyerah.

Tuesday, March 31, 2015








TETAPLAH MENJADI YANG PALING TEGAP BERDIRI DISAMPINGKU

DAN 

YANG PALING KUAT MENJAGAKU DARI DEPAN MAUPUN DARI BELAKANG




by azkagasya



Sunday, February 8, 2015






dan, satu-satunya alasan mengapa aku mencintaimu adalah "AKU MENCINTAIMU
itu saja.






- by azkagasya

Monday, February 2, 2015

Sapardi Djoko Damono Quotes

"Sajak kecil tentang cinta"

Mencintai angin harus menjadi siut...
Mencintai air harus menjadi ricik...
Mencintai gunung harus menjadi terjal...
Mencintai api harus menjadi jilat...
Mencintai cakrawala harus menebas jarak...

MencintaiMu harus menjadi aku”
Sapardi Djoko Damono



"Aku Ingin"

“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Damono



"Hujan Bulan Juni"

“tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu”
Sapardi Djoko Damono



“I want to love you simply, in words not spoken: tinder to the flame which transforms it to ash
I want to love you simply, in signs not expressed: clouds to the rain which make them evanescent (Aku Ingin-I Want)”
Sapardi Djoko Damono



"Dalam Doaku"

Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku

Aku mencintaimu..

Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu

(1989)”
Sapardi Djoko Damono



"Yang Fana Adalah Waktu"

Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.

“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?”
tanyamu.
Kita abadi.

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982”
Sapardi Djoko Damono

Sunday, February 1, 2015

Merangkul Malam

malam
tetap menjadi waktu yang paling indah
mengingatmu dalam gelap
dibawah sinar rembulan
ditemani cahaya bintang

ingatanku masih sangat lekat
tentang semua magis yang kau berikan
hingga aku mampu menjatuhkan cinta

kita pernah ber-andai
kelak dipertemukan dalam satu mimpi
hanya ada kau dan aku

merangkul semua cinta dalam hangatnya sepasang lengan


by azkagasya

Thursday, January 29, 2015

Itu Saja

pada cinta aku percaya,
menaruh harap begitu banyak
pada Tuhan ku selalu berdoa,
semoga cinta pada kita selalu terjaga

dalam hening ku menangis
menyimpan tabah untuk mencintaimu
hingga waktu begitu heran
menyaksikan air mata yang jatuh begitu banyak
namun aku tetap diam menjatuhkannya

jarum pada arlojiku terus bergerak memutar
mencari waktu untuk mempertemukan cinta
hingga waktu hampir bosan
melihat kita hanya saling terdiam
menunggu
itu saja


*by azkaaulia





ketika Tuhan menciptakan Mulut, kau gunakan untuk berbohong.
pun ketika Tuhan menciptakan Mata, kau gunakan untuk berbohong.
maka, satu-satunya yang tak bisa kau gunakan untuk berbohong adalah Waktu.





*by azkagasya

Wednesday, January 28, 2015

Cinta Yang Terselip

pada senja, aku ingin mengadu
tentang kamu, yang mencuri senyumku diam-diam
tentang cinta, yang terselip pada sebuah diskusi
dan, tentang pertemuan yang selalu diidamkan

kamu datang,
membawa bait-bait puisi
menyapaku dengan malu-malu
dan aku,
hanya menyapamu dengan segala kehangatan

rasa itu kembali tumbuh
setelah aku berusaha untuk menguburnya dalam-dalam

setiap kau menghilang,
aku selalu menerka-nerka dimana dirimu berada

bait-bait puisi yang kau bawa,
telah kurangkai dalam sebuah doa
semoga Tuhan menjawab segala harap

pada cinta,
kuserahkan segala ketulusan
pada rindu,
kutitipkan sepasang lenganku

agar kelak saat kau membutuhkannya
tanpa berani mengatakannya padaku
aku telah siap memelukmu dengan erat



*by azkagasya

Thursday, January 15, 2015








Yang perempuan, melihat barang yang ia suka lalu merengek ingin punya.

Yang laki-laki, hanya bisa meng-iya-kan sambil mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya.

Balada hidup di kota Metropolitan, memang.










Dan itu kamu...

            

"Manusia tidak akan bisa memilih kepada siapa dia akan menjatuhkan hatinya"
 
       Itu adalah kalimat terakhir dari novel pertama yang ku baca tahun ini. Entah sudah berapa lama aku menghabiskan waktu, duduk di ujung balkon kamarku hanya untuk menyelesaikan bacaanku.

       Hhhhh... Mengingat kalimat tadi, aku jadi ingat dengan kisahku bersama Raka. Dulu, aku punya teman pria bernama Raka. Tidak terlalu tampan, namun parasnya cukup manis untuk ditatap berjam-jam. Potongan rambutnya biasa saja, seperti pria pada umumnya. Tidak terlalu tinggi, cukup sejajar denganku.

       Dia teman kuliah dan teman nongkrong ku bersama yang lain, bisa dibilang kita cukup dekat bahkan sampai ada yang bilang kita pacaran hahaha..

       Sudah cukup lama kita dekat seperti itu, Raka selalu menceritakan apapun yang dia alami. Entah itu mimpi-nya, keluarga-nya, teman-nya, dosen-nya, bahkan cinta-nya. Aku selalu mendengarkan semua ceritanya Raka tanpa pernah bosan. Meskipun kadang hanya lewat chat tengah malam dan aku sudah sangat mengantuk, tapi tetap saja kudengarkan. Sebisa mungkin, jika dia membutuhkan, aku akan selalu ada.
Waktu demi waktu kita lalui bersama, berdua. Bukan sebagai sepasang kekasih, hanya sepasang sahabat yang saling melengkapi.

       Raka sering membantuku, mengerjakan tugas kuliah, mengantarkan ku ke dokter saat sakit, membangunkan ku pagi-pagi buta di kost-an. Dia juga lelaki paling sabar yang pernah ku kenal, dalam percintaannya memang dia sedikit kurang beruntung. Karena berkali-kali dia disakiti sama pasangannya. Terakhir dia pacaran, dia diselingkuhi, tapi dia tetap tak menyimpan dendam apapun bahkan tetap tak ingin menyakiti wanita. Raka itu.... sempurna menurutku.

 "Ne, bengong aja.. nunggu siapa si lo?"

"Eh.. engga ini gue nunggu si Raka, tadi sih dia mau mampir jemput gue. Biasa, minta ditemenin ke toko buku"

"Duh kalian ini ya, pacaran gih sana! gue ngeliat kalian udah sedeket ini cocok banget jadi pasangan. Kenapa kalian ngga jadian aja?"

      Firly temen satu kost dengan ku, dia memang sering aku ajak curhat tentang Raka. Dia paling tahu bagaimana aku dengan Raka.

"Hahahaha... Fir! engga deh, gue udah terlalu nyaman kayak gini sama Raka"

"Yaaa pilihan sih, terserah lo ne, gue sih lebih seneng ngeliat kalian kalo jadian hehehe"

"Rese' lo fir.. udah sana lo nanti Raka kalo dateng denger omongan lo bisa GR dia"

      Kalau difikir-fikir omongan Firly bener juga, kadang kita berdua memang terlihat lebih pantas sebagai sepasang kekasih bukan sebagai sepasang sahabat. Tapi, entahlah... aku senang seperti ini dengan Raka.

"Hallo nona Ane... sudah lama ya menunggu pangeran?"

      Tiba-tiba Raka berdiri didepan ku. Aku suka melihat Raka dengan celana sebatas lutut dan kaos oblong-nya. Dia memang tidak terlihat terlalu tampan, tapi aku suka menatap Raka lebih lama dari aku menatap matahari saat Senja. Dengan sepatu kets dan aroma parfum Bvlgari Extreme, Raka terlihat sangat menawan hari ini. Ah aku hanya bisa mengaguminya dari dalam hati saja.

"Eh Raka, ngagetin gue aja deh lo! lama banget si? keburu kumel lagi nih gue"

"Iya maaf, tadi gue nyuci mobil dulu. Jadinya agak lama hehe maaf ya Ane cantik.."

"Lo tuh ya, kalo ada mau nya pasti muji-muji gue. Udah ah ayok kita berangkat!"

      Raka tak pernah menyadari, setiap kalimat pujian darinya untukku selalu membuat jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya.

      Kira-kira dua jam sudah kita di toko buku, hanya untuk menemani Raka seperti itu saja rasanya aku betah. Lalu, setelah Raka selesai, kita menuju ke Cafe' favorite kita berdua. Bisa dibilang kita memang sering ngobrol disitu.

"Ne.. masa yaaa gue kemarin pas ke bengkel, gue ketemu cewek Ne."

"Oh ya? teruuuusss???"

"Yaaa gue ngobrol sama dia, tukeran nomor handphone segala lagi. Duh Ane.. dia cantik banget.."

"Waaahh.. seneng banget lo hahaha.. terus udah chatting belom sama dia?"

"Udah, tapi ya sebatas gitu-gitu aja. Abisnya gue bingung Ne mau ngomong apa hehehe"

"Yaelah Rakaaa Rakaaa.. Lo sih gitu mulu. Kalo lo suka deketin dong."

"Yaaa tertarik sih gue sama dia sebenarnya"

"Nah terus? kenapa masih bingung? Gini ya Raka, lo harusnya udah bisa move on dari kisah lo kemaren. Sekarang kalo lo suka sama orang, jangan takut buat deketin dia."

"Tapi... dia cantik banget, saingan gue pasti banyak Ne."

"Hahahahaha makanya jadi orang jangan jelek-jelek amat apa Kaa.."

"Kampret lo! HAHAHA udah ah nanti aja gampang itu sih.."

       Aku selalu bisa terlihat biasa saja setiap Raka menceritakan percintaan-nya. Aku tak pernah menunjukkan rasa cemburuku sedikit pun. Raka tidak boleh tahu apa-apa tentang bagaimana aku yang selalu mengaguminya semenjak pertemuan pertama kita dulu, Raka tidak boleh tau kalau aku menyayanginya lebih dari sebatas sahabat. Yang ia boleh tahu hanya, aku Ane adalah sahabatnya yang selalu ada untuknya dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.

      Hari demi hari, bulan demi bulan, Raka tak pernah berhenti menceritakan wanita yang ia temui di bengkel. Mereka terlihat begitu dekat, tapi entah kenapa mereka tidak pacaran. Aku selalu mendengarkan cerita Raka tentang ia bersama wanita itu setiap hari, dan setiap itu pula aku selalu menahan rasa yang ingin aku sampaikan padanya.

     Sore itu di Cafe' biasa, Raka mengajakku ketemuan. Ada hal yang ingin dia ceritakan langsung padaku. Aku harap itu adalah sebuah cerita bahagia baginya. Aku senang melihat Raka bahagia meskipun bukan denganku.

"Ne.. semalem gue ketemuan sama Sesha"

"Terus? bukannya biasanya kalian selalu ketemuan kan?"

"Iya Ne.. tapi ini beda."

"Beda gimana maksud lo? Ah, lo jadian ya??? SELAMAT YAAAA....!"

"Ngga Ne.."

"Nnngggg... maksud lo ngga?"

"Jadi gini Ne, semalem emang bener gue nembak dia. Tapi...."

"Tapi apa? Lo ditolak?"

"Dia ternyata selama ini udah punya pacar Ne."

"Hah??? loh kok?"

"Iya, terus gue tanya sama dia kenapa selama ini dia ngga jujur sama gue kalo dia udah punya pacar bahkan sampai kita sedekat ini. Dia bilang, menurut dia, gue ngga perlu tau hal itu. Dia emang mengagumi gue, dia bilang gue itu baik dan blablabla"

"Terus sekarang gimana?"

" Yaaa.. udah gitu aja. Dia mau tunangan sama pacarnya. Dia bilang, kalau gue masih mau deket sama dia setelah ini,  dia masih buka pintu itu buat gue. Tapi gue ngga mau."

"Kenapa?"

"Gue ngga mau masuk dan merusak hubungannya. Andai gue tau dari awal Ne, gue ngga mau sedeket ini sama dia"

"Sabar ya Raka, gue yakin lo pasti masih agak shock sama pernyataan Sesha. Tapi gue lebih yakin kalo lo itu baik dan pasti akan dapet pengganti yang lebih baik dari Sesha" 

     Mungkin gue Ka....


     Sebenarnya aku sedih dan sekaligus senang mendengar cerita Raka. Bagaimana tidak, Tuhan mendengar doaku agar Raka tidak bersama Sesha. Tapi, sekali lagi, aku hanya sahabat Raka. Hanya sahabat dan tidak lebih dari itu. Tidak.

    Setelah kejadian malam itu Raka memang terlihat agak murung, dan aku selalu berusaha untuk menghiburnya. Karena aku selalu suka melihat senyum Raka. Senyum manis Raka.

   For all the love that we share
   For all the times that we blend
   For all the path we walk down
   How could you do this to me


  Oh look at me now I’m falling to pieces
  I don’t know what to do now
  I’m lost within this fire inside me


                                                                      ****


    Malam minggu kedua dibulan Februari, tepat tanggal 14 Februari. Dimana semua orang merayakan cinta, semua menyebutnya Hari Kasih Sayang. Aku juga merayakan cinta, cintaku untuk Raka. Raka sahabatku.
Raka yang selalu aku kagumi, Raka yang selalu aku perhatikan diam-diam, Raka yang selalu membuatku tersenyum dan melunturkan segala amarahku.
    Dalam pesan singkat yang Raka kirim semalam, hari ini Raka mengajakku bertemu disebuah tempat. Entah dimana, ia merahasiakannya. Raka hanya menyuruhku menunggunya pukul tujuh malam.

"Raka, kita mau kemana sih? tumben ngajak gue pergi tapi ngga ngasih tau mau kemana."

"Ada deeeh... udah masuk aja ke mobil, nanti juga lo tau. Sekarang kan hari Valentine"

"Terus apa hubungannya kalo sekarang Valentine?"

"Lo nih ya bawelnya ngga ilang-ilang. Udah nurut aja sama gue, nanti lo pasti akan seneng"

"Oke pak! Yuk berangkat!"

    Aku benar-benar bingung dengan sikap Raka, ia terlihat lebih manis dan menawan dari biasanya. Mungkin ia terlihat lebih romantis dari biasanya. setahuku Raka orangnya susah untuk bersikap romantis.

"Oke.. kita sampai nona Ane"

"Loh.. ini kan rumah lo. Yaampun bilang dong kalo kita mau kerumah lo, lagian kan orang tua lo lagi keluar negeri. Ngapain sih kita berduaan disini? awas lo ya mau macem-macemin gue"

"Hahaha tenang aja gue ngga macem-macemin lo kok. Yaudah masuk yuk!"

    Dari halaman depan sampai aku masuk kerumahnya, tidak ada yang spesial. Semua terlihat normal saja. Sampai Raka membawaku ke halaman belakang dekat kolam renang. Aku sungguh tidak bisa berkata apa-apa selain terus terperanga dengan apa yang dilakukan Raka. Bagaimana tidak, di kolam renang, mengapung lilin-lilin kecil berbentuk Love dengan beberapa serpihan mawar merah diantaranya. Lalu, di meja dekat kolam terbentuk sebuah huruf menggunakan kelopak bunga mawar "A".

"Heh bengong lagi lo!"

"Nnnggg.. Raka, ini semua untuk apa? untuk siapa?"

"Buat nona Ane dooong. Emangnya disini ada siapa lagi selain kita berdua?"

"Maksudnya apa Raka? gue bener-bener ngga ngerti"

"Ane.. sekarang gue udah tau siapa yang gue butuhkan dan yang selalu ada untuk gue. Gue tau, senyum siapa yang selalu menghibur gue, tawa siapa yang selalu bikin gue seneng. Siapa yang paling setia dengerin cerita gue tengah malem, siapa yang paling bawel sama gue. itu adalah lo.. Ane Katharina."

    Aku tak bisa berbuat apa-apa selain menitihkan air mata haru untuk Raka. Raka tahu semua yang aku rasakan selama ini. Bahkan sesuatu yang tidak pernah aku sampaikan padanya dengan lisanku. Raka tahu, aku yang selama ini dia cari dan dia butuhkan.

"Ane, semenjak kejadian Sesha waktu itu, gue akhirnya sadar bahwa gue jauh lebih membutuhkan lo dibandingkan Sesha. Lo selalu ada buat gue, lo selalu bersedia mendengar semua keluh-kesah gue tanpa pernah mengeluh sedikitpun. Lo selalu bisa menyembunyikan perasaan lo didepan gue"

"Tapi gimana lo bisa tau semua? Jangan-jangan.. Firly cerita sama lo ya semuanya?"

 "Bukan Firly yang cerita sama gue.. Tapi mata lo Ne.. Mata lo ngga selalu menyampaikan semuanya sama gue. Setiap lo menatap gue, setiap lo memperhatikan gue."

"Raka.. ternyata lo tau? gue fikir lo ngga akan pernah peka sama perasaan gue, karena kita cuma sahabat dan gue takut meminta lebih sama lo. Termasuk perasaan lo..."

"Ane, mungkin gue baru mempunyai waktu yang tepat hari ini. Gue sayang sama lo Ne, gue mau kita lebih dari sekedar apa kita sekarang. Gue ngga mau kita hanya saling mencintai dalam diam. Gue mau kita sebagai 'kita' untuk hari ini, besok, bahkan selamanya"

"Raka...."

      Permintaan Raka membuat tangis haruku semakin pecah, aku tidak pernah menyangka Raka akan seperti ini. Aku hanya mengira selama ini ia tidak pernah tahu semuanya, tentang perasaanku. Tentang bagaimana aku menyayanginya. Tentang bagaimana aku mencintainya dalam diam selama ini.

     Pada malam ini, aku dan Raka sudah tidak menjadi sepasang sahabat lagi. Tapi aku dan Raka menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai dengan persepsi cinta yang sama. Cinta untuk Raka begitu tulus, cinta untuk Raka begitu banyak, dan cinta untuk Raka begitu hangat.

     Raka sungguh membuatku begitu sempurna, Raka membuatku bahagia hari ini, besok, dan seterusnya.


      You're gonna fly away, glad you're goin' my way
      I love it when we're cruisin' together
      Music is played for love, cruisin' is made for love
      I love it when we're cruisin' together

      Baby tonight belongs to us
      Everything right, do what you must
      And inch by inch we grow closer and closer
     To every lil' part of each other, ooh baby yeah




*by: azkagasya