"Sajak kecil tentang cinta"
Mencintai angin harus menjadi siut...
Mencintai air harus menjadi ricik...
Mencintai gunung harus menjadi terjal...
Mencintai api harus menjadi jilat...
Mencintai cakrawala harus menebas jarak...
MencintaiMu harus menjadi aku”
―
Sapardi Djoko Damono
"Aku Ingin"
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
―
Sapardi Djoko Damono
"Hujan Bulan Juni"
“tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu”
―
Sapardi Djoko Damono
“I want to love you simply, in words not spoken: tinder to the flame which transforms it to ash
I want to love you simply, in signs not expressed: clouds to the rain which make them evanescent (Aku Ingin-I Want)”
―
Sapardi Djoko Damono
"Dalam Doaku"
Dalam doaku subuh ini kau menjelma
langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap
menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima
suara-suara
Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang
tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang
mendesau entah dari mana
Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor
burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap
di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba
gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu
Maghrib ini
dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di
sana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku
Dalam
doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan
terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku
Aku mencintaimu..
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu
(1989)”
―
Sapardi Djoko Damono
"Yang Fana Adalah Waktu"
Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?”
tanyamu.
Kita abadi.
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982”
―
Sapardi Djoko Damono